Cinta Yang Begitu Indah

Posted by Chatra Jaya Luigi Friday, May 1, 2009

Dilihat dari usianya beliau sudah tidak muda lagi, usia yang sudah senja bahkan sudah mendekati malam. Pak Suyatno sudah berusia 58 tahun. Orangnya biasa-biasa saja, tapi kegiatan kesehariannya yang membuat dia menjadi manusia luar biasa.

Pak Suyatno sudah menikah dengan istrinya, yang juga sudah tua, sudah lebih 32 tahun. Mereka dikarunia empat orang anak dengan kehidupan yang bahagia dan tenang. Namun setelah sang istri melahirkan anak ke empat, kehidupan mereka berubah.

Entah karena apa tiba-tiba kaki sang istri menjadi lumpuh dan tidak bisa digerakkan selama 2 tahun. Menginjak tahun ke tiga kondisi sang istri bukannya membaik, melainkan seluruh tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang. Bahkan lidahnyapun sudah tidak bisa digerakkan lagi.

Setiap hari Pak Suyatno memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi, dan mengangkat istrinya ke atas tempat tidur. Sebelum berangkat kerja dia letakkan istrinya di depan TV supaya istrinya tidak merasa kesepian. Walau istrinya tidak dapat bicara, tapi dia selalu melihat sang istri tersenyum. Untungnya tempat usaha Pak Suyatno tidak begitu jauh dari rumah mereka. Setiap siang hari, dia pulang untuk menyuapi istrinya makan siang. Lalu sorenya dia pulang memandikan istrinya, mengganti pakaian dan selepas maghrib dia temani istrinya nonton televisi sambil menceritakan apa-apa saja yang dia alami seharian.

Walaupun istrinya hanya bisa memandang dan tidak bisa menanggapi, Pak Suyatno sudah cukup senang. Bahkan dia selalu menggoda istrinya setiap berangkat tidur. Rutinitas ini dilakukan Pak Suyatno lebih kurang 25 tahun. Dengan sabar dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan keempat buah hati mereka.

Sekarang anak-anak mereka sudah dewasa. Tinggal si bungsu yang masih kuliah. Pada suatu hari keempat anak Suyatno berkumpul sambil menjenguk ibu mereka. Karena setelah ketiganya menikah dan tinggal terpisah, Pak Suyatno memutuskan yang merawat ibu mereka. Yang dia inginkan hanya satu, semua anaknya berhasil.

Dengan kalimat yang cukup hati-hati, anak sulung berkata, “ Pak, kami ingin sekali merawat ibu. Semenjak kami kecil melihat bapak merawat ibu tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir bapak.bahkan bapak tidak ijinkan kami menjaga ibu” . Dengan air mata berlinang anak itu melanjutkan kata-katanya

“Sudah yang keempat kalinya kami mengijinkan bapak menikah lagi. Kami rasa ibupun akan mengijinkannya. Kapan bapak menikmati masa tua bapak? Dengan berkorban seperti ini kami sudah tidak tega melihat bapak. Kami janji akan merawat ibu bergantian”.

Pak suyatno menjawab hal yang sama sekali tidak diduga anak-anak mereka. ”Anak-anakku, jikalau hidup di dunia ini hanya untuk nafsu, mungkin bapak akan menikah lagi. Tapi ketahuilah, dengan adanya ibu kalian di sampingku, itu sudah lebih dari cukup. Dia telah melahirkan kalian”. Sejenak kerongkongannya tersekat, “Kalian yang selalu kurindukan hadir didunia ini dengan penuh cinta yang tidak satupun dapat menghargai dengan apapun. Coba kalian tanya ibumu apakah dia menginginkan keadaanya seperti Ini?. Kalian menginginkan bapak bahagia, apakah bathin bapak bisa bahagia meninggalkan ibumu dengan keadaanya sekarang?. Kalian menginginkan bapak yang masih diberi Allah kesehatan dirawat oleh orang lain, bagaimana dengan ibumu yang masih sakit?”.

Sejenak meledaklah tangisan anak-anak Pak Suyatno. Merekapun melihat butiran-butiran kecil jatuh dipelupuk mata Ibu Suyatno. Dengan pilu ditatapnya mata suami yang sangat dicintainya itu. Sampailah akhirnya pak suyatno diundang oleh salah satu stasiun TV swasta untuk menjadi nara sumber diacara Islami selepas shubuh. Dan merekapun mengajukan pertanyaan kepada Pak Suyatno kenapa mampu bertahan selama 25 tahun merawat istrinya yang sudah tidak bisa apa-apa.

Di saat itulah meledak tangis beliau dengan tamu yang hadir di studio yang kebanyakan kaum perempuan. Mereka tidak sanggup menahan haru. Di situlah Pak Suyatno bercerita. “Jika manusia di dunia ini mengagungkan sebuah cinta , tapi dia tidak mencintai karena Allah, semuanya akan luntur. Saya memilih istri saya menjadi pendamping hidup saya. Dan sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat saya, mencintai saya dengan hati dan bathinnya. Bukan dengan mata. Dan dia memberi saya 4 orang anak yang lucu-lucu.” “ Sekarang dia sakit, berkorban untuk saya karena Allah.. Dan itu merupakan ujian bagi saya. Sehatpun belum tentu saya mencari penggantinya, apalagi dia sakit, Setiap malam saya bersujud dan menangis dan saya dapat bercerita kepada Allah. Di atas sajadah..dan saya yakin hanya kepada Allah saya percaya untuk menyimpan dan mendengar rahasia saya..”

“ BAHWA CINTA SAYA KEPADA ISTRI, SAYA SERAHKAN PADA NYA”.

1 Comment

  1. Wah....
    Bagus...bagus....
    Aku jadi iri dengan pak Suyatno, beliau begitu tegar dan sabar.

     

Post a Comment

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda FazaniDistributed by CahayaBiru.com

Followers

BlogCatalog